IMPLEMENTASI PEMANFAATAN LIMBAH BAN
BEKAS (MOBIL) MENJADI BAK PENAMPUNG AIR DI WILAYAH WAE BUKA, KELURAHAN SATAR
TACIK
Daniel A. Herson,1 Fransiskus
Safio,2 Novantura Rosok,3 Maria G.A. Jehanut,4
Bernadeta S. Rindu,5 Elisabet Senina,6Rospica Suryati,7Ludgardis
Dheko,8 Rofina O. Maeh,9 Maria K. Koni10
1-10
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng
aprijamut@gmail.com,
franksafio09@gmail.com,vanorosok04@mail.com, jehanutaprilia@gmail.com,
mitharindu579@gmail.com,
ecasambor@gmail.com,
rospicasuryati@gmail.com,
ludgardisdheko@gmail.com, osynsalmin@gmail.com,
mariakleopasia@gamil.com
|
ABSTRAK Kegiatan PKM ini bertujuan untuk mendeskripsikan
implementasi pemanfaatan ban bekas mobil menjadi bak penampung air dalam
mengatasi limbah anorganik. Permasalahan meningkatnya limbah ban bekas
mendorong perlunya inovasi yang berorientasi pada keberlanjutan. Salah satu
alternatif yang ditawarkan dalam kegiatan PKM
ini adalah pemanfaatan ban bekas mobil sebagai bak penampung air.
Tujuannya adalah mengurangi volume limbah ban sekaligus menyediakan solusi
penampungan air yang murah, tahan lama, dan ramah lingkungan. PKM ini
dilaksanakan di kelurahan Satar Tacik tepatnya di Wae Buka dengan jumlah
masyarakat yang terlibat yaitu 20 orang. Metode yang digunakan dalam kegiatan
ini adalah metode kualitatif deskriptif serta metode pelaksanaan kegiataanya
meliputi identifikasi kondisi ban bekas,modifikasi bentuk, pelapisan bagian
dalam, serta pengujian kelayakan penggunaan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa
ban bekas dapat diolah menjadi tempat penampungan air yang fungsional dan
cukup kuat untuk penggunaan jangka panjang. Program ini tidak hanya
memberikan manfaat praktis bagi masyarakat, tetapi juga meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah melalui inovasi sederhana namun
efektif bagi mereka. |
|
ABSTRACT This PKM activity aims to describe the implementation
of using used car tires as water storage tanks to deal with inorganic waste.
The problem of increasing used tire waste encourages the need for
sustainability-oriented innovation. One of the alternatives offered in this PKM
activity is the use of used car tires as water reservoirs. The aim is to
reduce the volume of waste tires while providing a water storage solution
that is cheap, durable and environmentally friendly. This PKM was carried out
in the Satar Tacik sub-district, precisely in Wae Buka, with the number of
people involved being 20 people. The method used in this activity is a
descriptive qualitative method and the method of implementing the activity
includes identifying the condition of used tires, modifying the shape,
coating the inside, and testing suitability for use. The results of the
activity show that used tires can be processed into water reservoirs that are
functional and strong enough for long-term use. This program not only
provides practical benefits to the community, but also increases awareness of
the importance of waste management through simple but effective
innovations for them. |
PENDAHULUAN
Sampah merupakan sisa-sisa kegiatan manusia
sehari-hari, selain itu sampah juga dapat berasal dari proses alam yang
berbentuk padat (Kusumastuti et al., 2017).
Dari data World Helath Organization (WHO) sampah adalah barang yang berasal
dari kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan. Baik tidak dipakai atau tidak
disenangi yang dibuang karena expired, rusak dan sebagainya. Salah satu sampah
yang banyak dibuang adalah sampah ban transportasi bekas atau limbah ban
transportasi. Banyaknya sampah ban bekas mobil, sepeda motor dapat menambah
pencemaran lingkungan baik pencemaran udara, tanah bahkan laut.
Di negara
berkembang limbah ban bekas merupakan masalah yang sangat lazim dan merupakan
limbah padat yang berbahaya bagi lingkungan. Penumpukan limbah ban bekas dapat
menjadikan sarang nyamuk dan sumber penyakit. Pembuangan ban bekas di landfill (tempat pembuangan) akan
menjadikan masalah besar karena ban bekas yang dibuang akan memenuhi ruang di
tempat pembuangan tersebut. Ban mempunyai struktur komplek yang membuat sangat
sulit didaur ulang, serta ban bekas sangat sulit didegradasi oleh alam
(mikrobiologi)(Masaran & Gelangan, 2015).
Pemanfaatan ban bekas saat ini umumnya adalah dengan melakukan pembaharuan
telapaknya, atau lebih dikenal sebagai vulkanisir. Namun pembaharuan biasanya
terbatas hingga 2-3 kali, setelah itu akan kembali menjadi limbah. Menurut Andi
Erwin dalam Supriyanto et al., (2017)
limbah ban bekas digunakan oleh pengrajin tali, kursi, pot, keset, bahan bakar
industri dan lain-lain.
Ban mobil merupakan salah satu komponen kendaraan
yang diganti secara berkala. Ban mobil yang sudah tidak layak pakai, seringkali
menjadi limbah yang tidak bernilai. Untuk memberi nilai guna pada limbah ban
bekas, maka diperlukan usaha kreatif untuk memanfaatkan kembali (reuse)
ban bekas dan mengolahnya (recycle) menjadi benda dengan fungsi yang
berbeda, seperti salah satunya sebagai bak air (reservoir).
Pesatnya penambahan jumlah kendaraan khususnya milik
pribadi tak mungkin tanpa sebab. Masyarakat membutuhkan transportasi yang
efisien, praktis, dan tentunya mudah. Kendaraan pribadi menjadi pilihan karena
dapat menunjang mobilitas yang cukup tinggi dan terus menerus bergerak dan
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Oleh sebab itu kendaraan menjadi
solusi yang banyak digemari. Limbah bekas semakin banyak menumpuk seiring
dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya gaya konsumtif masyarakat. Limbah
ban biasanya ditinggalkan begitu saja di bengkel. Hal ini akan menimbulkan
permasalahan lingkungan yang serius(Sulistyawati & Karim, 2022).
Limbah bekas yang dibiarkan menjadi sampah yang menempati ruang yang semakin
hari semakin luas dan menjadi sarang penyakit. Limbah bekas yang dibakar akan
memperparah efek pemanasan global. Konsep 4R atau 4M yaitu Reduce atau
Mengurangi, Reuse atau Memanfaatkan, Recycle atau Mendaur ulang,
serta Recovery atau Mengganti sudah sering didengungkan, namun
penerapannya masih sangat terbatas. Salah satu jenis barang bekas yang banyak
menumpuk adalah ban bekas atau End life tire (ELT) yang terjadi akibat
peningkatan pemakaian kendaraan beroda empat (mobil). Di satu sisi peningkatan
pemakaian mobil dan peningkatan produksi ban merupakan tanda pertumbuhan
ekonomi yang membaik. Namun di sisi lainnya, penumpukan ban bekas menjadi
masalah lingkungan(Anwira et al., n.d.).
Dalam kelas Kuliah Pendidikan Lingkungan Hiudp (PLH): Mahasiswa mengeksplorasi
permasalahan ban bekas dan membuat contoh-contoh desain pengolahan ban bekas
yang dapat dijadikan barang fungsional yang mempunyai nilai estetika. Desain
produk ini berusaha memaksimalkan kualitas produk dan juga meminimalkan atau
menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan. Selain bentuknya perlu
diupayakan menarik dan kreatif. reservoirberbahan dasar karet dari ban
mobil bekas merupakan usaha daur ulang sebagai upaya untuk tidak memunculkan
masalah baru. Tentunya dalam mewujudkan limbah ban mobil bekas menjadi sesuatu
yang berguna harus memiliki wawasan, kreatifitas dan keterampilan yang
mendukung.
Kreatifitas dan keterampilan mengolah limbah ban
bekas menjadi bak penampung air juga merupakan usaha mengajak masyarakat
khususnya warga di lingkungan wilayah Wae Buka, Kelurahan Satar Tacik untuk
dapat peduli terhadap lingkungan dengan memanfaatkan barang yang tidak berguna
menjadi berguna dengan mengalihkan fungsinya. Ban bekas dengan material karet
merupakan limbah yang perlu diantisipasi dengan cara mengolahnya. Mengolah
limbah ban menjadi suatu kerajinan yaitu bak penampung air. Bak penampung air(reservoir)
merupakan solusi untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan hidup dan
mendorong konsep keberlanjutan (sustainable)(Lado et al., 2023).
Alat yang digunakan untuk mengolah ban mobil bekas mempunyai nilai fungsi mudah
dijumpai, sehingga mudah dipraktekkan di rumah.
Metode
Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada
masyarakat ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan secara mendalam menganalisis implementasi
pemanfaatan limba ban bekas (mobil)menjadi bak penampung air di Wilayah Wae
Buka, Kelurahan Satar Tacik.
Hasil
dan Pembahasan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dalam memanfaatkan ban mobil bekas menjadi bak penampung air dilakukan di
wilayah Wae Buka, Kelurahan Satar Tacik sebagai pelatihan untuk mengurangi
limba anorganik. Penentuan Metode, lokasi dan peserta dalam melaksanakan
kegiatan dalam pemanfaatan limbah ban mobil bekas telah menjadi kesepakatan
mahasiswa PKM dengan warga Wae Buka, hal tersebut dalam rangka untuk dapat
menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi oleh warga.
Permasalahan pertama adalah mengatasi minat
masyarakat untuk bisa peduli lingkungan dengan cara memberikan wawasan tentang
bagaimana limbah yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan memberikan dampak
buruk terhadap kehidupan manusia, terutama tentang limbah ban mobil bekas,
yaitu dengan mengumpulkan beberapa referensi dan disusun dalam bentuk edukasi
dengan tujuan memberikan wawasan kepada warga Wae Buka. Permasalahan kedua
adalah bagaimana warga dalam kegiatan ini dapat memiliki gambaran tentang
kreativitas mengolah ban mobil bekas menjadi bak penampung air. Dalam hal ini
persiapan yang dilakukan adalah dengan memberikan contoh tutorial proses dalam
mengolah limbah ban mobil bekas tersebut sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Material Utama
Ban mobil bekas yang seharusnya tidak diperjualbelikan lagi, disebabkan ban mobil bekas membawa resiko keselamatan bagi pengendara dan penumpang kendaraan.
b. Material
Penunjang
Ban mobil bekas yang akan dijadikan
benda nilai guna yang memiliki nilai estetika, memerlukan material penunjang
lainnya.
c. Material
Konstruksi
Untuk
dapat mewujudkan ban mobil bekas menjadi bak penampung air dibutuhkan material
untuk membangunnya.
2. Pembuatan
Setelah
melakukan usaha memberikan wawasan tentang bagaimana limbah ban mobil bekas
yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan memberikan dampak buruk terhadap
kehidupan manusia dan menghimbau untuk tidak meninggalkan ban bekas di bengkel
untuk dapat mengubah ban mobil bekas menjadi nilai guna yang memiliki nilai
estetika dengan membuat bak penampung air, maka dilakukan proses pembuatan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Bersihkan
Ban Mobil Bekas
Bersihkan
ban mobil bekas dari kotoran, debu, dan minyak.ban dicuci menggunakan air sabun
lalu disikat untuk membersikan kotoran dan bakteri yang menempel pada ban
tersebut.
b. Pemotongan
Bagian Atas Ban
Bagian atas ban
dipotong untuk membuka ruang bagian dalam ban. Pemotongan dilakukan secara
melingkar menggunakan cutter.
c. Pembuatan Dasar Bak
Jika ban memiliki rongga baguan dalam yang terlalu terbuka, dapat ditambahkan alas dari karpet karet. Alas tersebut dipasang dibagain bawah ban lalau direkatkan mengunakan skrup agar kuat.
3. Hasil
Jadi
Ban mobil bekas yang sudah diproses menjadi bak penampung air sudah dapat dimanfaatkan. Bak penampung air tersebut dapat diletakan pada tempat cuci piring, di dekat kamar mandi.
Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
Limbah
ban mobil bekas semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah mobil
sebagai kendaraan pribadi di lingkungan warga. Memanfaatkan ban mobil bekas
menjadi benda guna lain yang memiliki nilai estetika adalah salah satu cara
untuk meminimalisir pengaruh buruk terhadap kehidupan manusia dan mendukung
konsep berkelanjutan
2. Saran
Ban mobil seken memiliki resiko tinggi bagi kendaraan berjalan. Ban mobil bekas sebaiknya bisa dimanfaatkan sebagai benda guna lain, dibandingkan dimanfaatkan dengan mengemasnya sebagai ban mobil seken. Diperlukan kesadaran dan wawasan pola pikir untuk dapat memahami tentang konsep berkelanjutan terhadap limbah yang ada disekitar kita. Diperlukan kepekaan dan keterampilan dalam mengolah limbah menjadi benda guna lain yang memiliki nilai estetis.
DAFTAR PUSTAKA
Anwira, E., Ardian, G. D., Wirawan, S.,
& Juniwati, A. (n.d.). Pengolahan limbah ban bekas menjadi karya desain
di sentra wisata bukit pecaringan 1234.
Kusumastuti, D. R., Supriyadi, Hadi, T., & Ukiman. (2017). Go Green,
Limbah Ban, Produk Tikar/Kloso, Daya Dukung Tanah Lunak. Jurnal Prosiding
2020, 3(1), 231–246.
Lado, V. A., Leo, R. P., & Amalo, H. (2023). Faktor Penyebab Dan Upaya
Penanggulangan Tindak Pidana Pembuangan Limbah Bengkel Motor Tidak Pada
Tempatnya Di Bengkel Maranu Kota Kupang. Jurnal Jist, 4(5),
753–766.
Masaran, S. K., & Gelangan, D. (2015). Kajian Prilaku Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kesehatan Lingkungannya Di Kabupaten Sragen Study Of Behaviour In
Improving Public Health Environment In District Sragen. Jurnal Profesi, 13(September),
16–23.
Sulistyawati, D., & Karim, M. (2022). Memanfaatkan Ban Bekas Mobil
Menjadi Furniture Dilingkungan Warga Kunciran Tangerang. Jurnal Senapenmas,
597–607.
Supriyanto, A., Kristiawan, Y. Y., & Unyanto, S. (2017). Pemanfaatan
limbah ban bekas sebagai bahan bakar altenatif dengan metode pirolisis.
35–40.
Editor: Redaksi