bokstoday.my.id|| Izasah sejatinya adalah alat untuk mempermudah mencari dan menemukan pekerjaan
sesuai dengan profesinya masing-masing. Ditinjau dari situasi dan kondisi
sekarang ini, izasah bukan lagi menjadi bahan pertimbangan dalam dunia pekerjaan, terutama dalam instansi-instansi pemerintahan baik itu sekolah dan lain-lain.
Sedikit cerita, sahabat saya pernah menceritakan
kepada saya, bahwa dia pernah membawa lamaran pekerjaan disebuah sekolah dan
hasilnyapun lamarannya tidak diterima dengan alasan bahwa bidang yang dia miliki,
disekolah itu jamnya sudah pas, dan ada beberapa pertimbangan lain waktu itu
yang membuat dia belum bisa diterima.
Ketika beberapa bulan kemudian, Sahabat saya mendengar
kabar, bahwa ada beberapa guru baru yang masuk kesekolah itu yang notabene
guru-guru tersebut, ada yang mengajar sesuai dengan bidang pendidikan yang
diambil walaupun jamnya sudah pas, dan ada juga yang dialihkan kemata pelajaran
lain, walaupun tidak sesuai dengan bidang yang diambil waktu mereka kuliah. Pertanyaannya
adalah ada apa dengan hal tersebut?
Dari hal itulah saya menyimpulkan bawasannya, Izasah
bukan lagi menjadi bahan pertimbangan untuk kita cepat mendapatkan pekerjaan (Diploma Are No Longer A Consideration For Us
To Quickly Get A Job).
Siapa yang memiliki kerabat, kenalan apalagi keluarga
yang memiliki jabatan dalam suatu instansi, akan sangat mudah mendapatkan
pekerjaan (Who Has Relatives,
Acquaintances Let Alone Family Who Have Positions In An Agency Will Be Very
Easy To Get A Job). Hal tersebut memang tidak terlepas dari pengaruh
politik dan kepentingan-kepentingan lain, itulah kenyataannya.
Kasus-kasus nepotisme seperti itu sudah banyak dan
sering terjadi dalam lingkungan masyarakat kita. Pejabat-pejabat sekarang,
terlalu tergila-gila dengan jabatan sehingga kaum-kaum yang memang sangat
membutuhkan pekerjaan sudah tidak ada dalam catatan mereka,
Jadi secara singkat, Nepotisme merupakan bentuk
praktik kotor bagi mereka yang memiliki jabatan, dimana mereka dengan mudahnya
mengontrol masyarakat serta menghalangi hak masyarakat untuk mendapatkan
pekerjaan, dengan cara memilih sanak saudara mereka maupun kerabat dan kenalan untuk
memberikan mereka pekerjaan tanpa menilai kompentensi dan keprofesionalan yang
mereka dimiliki.
Kendati demikianlah yang menjadi penyakit dimasyarakat
kita. Keprofesionalan dan kompentensi bukan lagi menjadi bahan pertimbangan yang
paling utama untuk dinilai melainkan adanya kehadiran orang dalam (Professionalism And Competence Are No Longer
The Main Considerations To Be Assessed, But The Presence Of An Insider).
Oleh karena itu, harapanya adalah nepotisme tidak terjadi lagi dilain waktu, cobalah untuk mengubah dan menata kembali sistem yang seperti itu. Buktikan bahwa kita memiliki hati nurani dan naluri untuk berpikir, mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak perlu untuk dilakukan.
Jika kita masih menerapkan
sistem nepotisme, maka itu hanya membuat sistem pendidikan kita dan negara kita
sangat sulit untuk bersaing dengan negara-negara luar. Jadi, semoga kalian
paham (So, I hope you understand)
