OLEH: Stanislaus Bandut,S.Pd
Sebelum manusia mengenal agama, manusia terlebih dahulu mengenal adat-istiadat. Adat istiadat yang membentuk perilaku dan pola kehidupan manusia sehingga mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri. Sehingga tidak mengherankan jikalau dalam budaya masyarakat dunia memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Dalam konteks ini, penulis mencoba menulis tentang adat istiadat Kawing Tungku atau perkawinan tungku yang berkembang di Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sejauh yang penulis ketahui.
Apa itu Perkawinan Tungku?
Dalam adat istiadat manggarai ada suatu budaya yang
menjadi bagian dan tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat manggarai yaitu
perkawinan tungku atau masyarakat manggarai sering menyebutnya dengan kawing tungku.. Perkawinan tungku merupakan suatu perkawinan yang
masih ada ikatan darah antara anak perempuan dari saudara laki dan anak laki-laki
dari saudari perempuan. Sistem perkaiwanan ini sudah ada sejak jaman nenek
moyang dulu dan masih ada sampai sekarang.
Tujuan dari perkawinan tungku dalam masyarakat manggarai yaitu agar hubungan kekeluargaan
dalam satu garis keturunan tidak pernah hilang atau dengan sitilah lain yaitu
agar dapat mempertahankan ikatan kekelurgaan. Kondisi ini memungkinkan hubungan
kekeluargaan dalam satu garis keturunan itu dapat terjalin dengan baik dan
tidak akan pernah putus.
Perkawinan tungku
dalam masyarakat manggarai terdiri dari beberapa macam seperti Tungku Cu, tungku sa’i, dan tungku halang mangga dan
lain-lain . Perkawianan tungku dalam
kondisi sekarang sudah menjadi pertentangan bagi Gereja. Dalam kondisi ini Gereja
melarang perkawianan tungku terutama perkawianan
Tungku Cu (perkawianan antara anak perempuan
dari saudara laki dan anak laki-laki dari saudari perempuan kandung.) Gereja tidak semata-mata melarang hal tersebut,
Gereja memilik alasan yaitu menganggap bahwa perkawianan tungku Cu tersebut dapat menyebabkan suatu penyakit genetika
seperti cacat mental dan lain-lain yang disebabkan karena perkawinan sedarah.
Apakah selain tungku
Cu Gereja memperboleh perkawinan tungku
seperti perkawianan tungku halang mangga?
sejauh yang penulis ketahui bawasannya
selain tungku Cu, Gereja masih mentolerir atau masih memberikan kesempatan
untuk melangsungkan pernikahan untuk mereka-mereka yang berstatus Tungku seperti tungku halang mangga dan tungku sa’i.
Itulah sedikit, apa yang saya ketahui tentang sistem perkawianan
tungku dalam kebudayaan manggarai. Kurang
dan lebihnya sahabat-sahabat semuanya boleh memberikan komentar dikolom
komentar.
