By Admin Ruang Kritis|| Stanislaus Bandut
stanoxtanduniaopini.blogspot.com||Manusia sejatinya adalah mahluk yang tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Ada satu kutipan yang menarik yang pernah saya baca disitu diucapkan “Ekspektasi merupakan akar dari seluruh sakit kepala”
Gambar oleh 建鹏 邵 dari Pixabay
Ucapan itu merumuskan kehidupan kita yang kadang kala
terlalu berharap banyak akan sesuatu untuk dimiliki yang akhirnya kandas dan
tidak sesuai yang diharapkan. Kendati demikian memungkinkan berpotensi
menyebabkan gangguan mental, pikiran atau dengan kata radikalnya disebut gila.
Pernahkah kamu berpikir bahwa ketika kamu selesai
kuliah, memiliki gelar sarjana dan langsung mendapatkan pekerjaan, atau
menjalin relationship dengan
sesesorang dan berharap orang itu menjadi bagain dari kehidupan anda
kedepannya, itulah ekspektasi yang kamu harapkan namun pada realitanya apa yang
kamu harapkan itu, malah lari jauh dari apa yang kamu harapkan. Apa yang kamu
lakukan?
Oleh karena itu disini ditekankan bahwa memiliki
impian adalah sesuatu yang boleh-boleh saja namun sesuaikanlah dengaan usaha,
agar ekspektasi yang diharapkan bisa menjadi kenyataan. Persoalan yang sering
banyak terjadi dimasyarakat kita adalah kita terlalu berambisi namun tidak ada
dorongan yang menguatkan ambisi itu.
Ekspektasi yang terlalu tinggi juga menyababkan
timbulnya kearogansian sehingga memungkinkan ada pihak-pihak yang akan
dirugikan. Ketika mencapai puncak itu, maka akan pantas disebut gila..
Orang-orang yang terlalu berharap banyak tanpa ada
suatu tindakan tertentu, akan menyebabkan dia gila. Gila merupakan suatu
keadaan yang menyebabkan seseorang tidak dapat berpikir jernih. Oleh karena itu
setiap individu memiliki potensi menjadi gila, ketika ekspektasi tidak sesuai
dengan realita.
Keadaan seperti inilah yang perlu kita ubah, ekspektasi
boleh-boleh saja, tetapi jikalau terlalu ketinggian dan tidak bisa dikontrol
dengan logika dan perasaan, maka hal tersebut bisa saja berdampak buruk bagi
diri kita sendiri maupun lingkungan disekitar kita.
Jangan terlalu berpikir logis, hal itu bisa saja
membuat kita cendrungan untuk melakukan tindakan yang realitis. Begitupula jika
kita terlalu mementingkan perasaan saat mengambil suatu keputusan, maka kita
hanya memikirkan hal-hal yang membahagiakan. Oleh karena itu, semuanya harus
seimbang agar kita tidak terlalu berekspektasi terlalu tinggi namun haruslah
sesuai dengan keadaan.
