........Mari Ke Alur Ceritanya.....
Pagi itu, aku duduk di depan teras rumah, menyeruput kopi hitam yang mulai mendingin. Embun masih menggantung di ujung daun, dan aroma tanah basah dari hujan semalam menenangkan pikiranku.
Sudah seminggu aku tinggal di rumah ini. Warisan dari seorang pria tua yang anehnya mengklaim diriku sebagai cucunya lewat surat wasiat. Aku tak mengenalnya. Tak ada satu pun cerita tentangnya dalam keluarga kami. Tapi suratnya sah, rumah ini memang jadi milikku.
Saat aku hendak menyesap kopi lagi, seorang wanita tua berjalan perlahan ke arah pagar.
“Pagi, Nak. Boleh saya masuk sebentar? Saya sering datang ke sini dulu.”ujar wanita tua itu.
Aku ragu, tapi mengangguk. Ada ketenangan aneh dalam suaranya. Ia duduk di bangku dekatku, tersenyum, lalu memandang rumah dengan mata berkaca.
“Dulu saya sering duduk di sini, bersama suami saya. Kami tak punya anak, tapi kami pernah menitipkan bayi laki-laki ke panti asuhan anak dari saudara saya yang meninggal.”tambahnya lagi.
Aku meneguk ludah.
“Lalu… bayi itu?”Aku terkejut.
Wanita itu menatapku lekat-lekat, senyum di bibirnya bergetar.
“Ya, dia adalah kamu, Nak.”
Kopi hampir terjatuh dari tanganku.
“Ibu… ibu kandungku?”
Wanita itu menggeleng perlahan.
“Bukan, Aku adalah Istrinya. Dan kau... adalah anak dari perempuan lain yang sedang hamil, tapi suamiku tak pernah kuberitahu tentang hal itu.”
Aku berdiri, napas tercekat.
“Tapi… kenapa rumah ini jadi milikku?”
Ia menatapku tajam.
“Karena suamiku tahu kau akan kembali, bahkan jika darah yang mengalir di tubuhmu bukan sepenuhnya miliknya. Dan karena... kau harus tahu kebenarannya.”
Writer|| Stanislaus Bandut|| Red
